Selasa, 01 November 2011

makalah mikrobiologi terapan


BAB I PENDAHULUAN

A.           LATAR BELAKANG
Dalam kehidupan sehari-hari sering kita jumpai mikroorganisme walaupun tidak kasat mata. Mikroorganisme terdapat di air, tanah, dan udara bahkan di dalam tubuh kitapun terdapat mikroorganisme. Di dalam makanan-makanan yang tidak higienis juga banyak terdapat mikroorganisme, bahkan kalau kita lupa cuci tangan sehabis berjabat tangan atau dalam interaksi lainnya dengan sesama manusia maka mikroorganisme cepat masuk ke tubuh kita. Mikroorganisme tidak selamanya berdampak negatif bagi kita. Justru mikroorganisme baik, dapat dimanfaatkan untuk mengatasi mikrooganisme patogen di dalam tubuh. Mikroorganisme baik ini dinamakan Antibiotik.
Walaupun di era-sekarang Antibiotik juga ada yang sintetik.Untuk mempelajari antibiotik-antibiotik apa saja yang dimanfaatkan pada era sekarang dan resistensinya terhadap mikroba-mikroba maka kami menyusun makalah ini. Selain sebagai tugas mata kuliah Mikrobiologi Terapan makalah ini juga bermanfaat bagi siapa saja yang haus akan pengetahuan mengenai antibiotik dan peranannya. Selain antibiotik pada makalah ini juga dibahas zat-zat kemoterapeutik lainnya sebagai pengetahuan kita untuk mengendalikan mikroorganisme-mikroorganisme patogen.
Antibiotika banyak digunakan secara luas pada kehamilan. Karena adanya efek samping yang potensial bagi ibu maupun janinnya, penggunaan antibiotika seharusnya digunakan jika terdapat indikasi yang jelas. Prinsip utama pengobatan wanita hamil dengan penyakit adalah dengan memikirkan pengobatan apakah yang tepat jika wanita tersebut tidak dalam keadaan hamil. Biasanya terdapat berbagai macam pilihan, dan untuk alasan inilah prinsip yang kedua adalah mengevaluasi keamanan obat bagi ibu dan janinnya.
Antimikroba adalah obat yang digunakan untuk memberantas infeksi mikroba pada manusia. Sedang antibiotika adalah senyawa kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme (khususnya dihasilkan oleh fungi) atau dihasilkan  secara sintetik yang dapat membunuh atau menghambat perkembangan bakteri dan organisme lain. Infeksi merupakan penyebab utama kematian prematur pada bayi. Meskipun terapi profilaksis antibiotik belum terbukti bermanfaat, pemberian obat-obat antibiotik kepada ibu hamil dengan ketuban pecah dini dapat memperlambat kelahiran dan menurunkan insidens infeksi.
Kehamilan akan mempengaruhi pemilihan antibiotik. Umumnya penisilin dan sefalosporin dianggap sebagai preparat pilihan pertama pada kehamilan, karena pemberian sebagian besar antibiotik lainnya berkaitan dengan peningkatan risiko malformasi pada janin. Bagi beberapa obat antibiotik, seperti eritromisin, risiko tersebut rendah dan kadang-kadang setiap risiko pada janin harus dipertimbangkan terhadap keseriusan infeksi pada ibu.
Beberapa jenis antibiotika dapat menyebabkan kelainan pada janin. Hal ini terjadi karena antibiotika yang diberikan kepada wanita hamil dapat mempengaruhi janin yang dikandungnya melalui plasenta. Antibiotika yang demikian itu disebut teratogen. Definisi teratogen adalah suatu obat atau zat yang menyebabkan pertumbuhan janin yang abnormal. Kata teratogen berasal dari bahasa Yunani teras, yang berarti monster, dan genesis yang berarti asal. Jadi teratogenesis didefinisikan sebagai asal terjadinya monster atau proses gangguan proses pertumbuhan yang menghasilkan monster.
Besarnya reaksi toksik atau kelainan yang ditimbulkan oleh antibiotika dipengaruhi oleh besarnya dosis yang diberikan, lama dan saat pemberian serta sifatgenetik ibu dan janin. Pada manusia, periode terjadinya teratogenesis adalah mulai hari ke 17 sampai hari ke 54 post konsepsi. Perlu diingat bahwa hanya sekitar 2%-3% kejadian teratogenik berhubungan dengan pajanan obat-obatan, sekitar 70% lainnya tidak diketahui. Sisanya kemungkinan berhubungan dengan kelainan genetik atau pajanan lainnya.
Besarnya reaksi toksik atau kelainan yang ditimbulkan oleh antibiotika dipengaruhi oleh besarnya dosis yang diberikan, lama dan saat pemberian serta sifat genetik ibu dan janin.
Sumber: Staf pengajar UNSRI  

Zat kemoterpeutik ialah zat kimia yang digunakan untuk mengobati penyakit menular (kemoterapi) atau mencegah penyakit (kemoprofilaksis). Zat ini diperoleh dari mikroorganisme atau tumbuhan atau disentesis di dalam laboratorium kimia. Secara umum, zat kimia demikian yang terdapat dialam dapat dibedakan dari persenyawaan sintetik dengann digunakannya nama antibiotic.
Zat kimia haruslah memiliki tosisitas yang selektif untuk dapat digunakan sebagai zat kemoterapeutik. Artinya, zat tersebut harus dapat menghambat atau mematikan parasit (atau sel ganas) seraya menyebabkan kerusakan yang kecil saja terhadap sel inang atau sama sekali tidak merusak. Persyaratan lain bagi zat kemoterpeutik yang praktis ialah harus mampu menembus sel dan jaringan inang serta tidak mengubah mekanisme pertahanan alamiah sel inang tersebut. (Michael J. Pelczar. hal. 508-509).
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
a)    Pengertian pengendalian mikroorganisme secara antibiotik dan zat kemoterapeutik.
b)    Tujuan pengendalian mikroorganisme secara antibiotik dan kemoterpeutik .
c)    Sifat-sifat zat antibiotik kemoterapeutik.
d)    Macam-macam antibiotic dan zat kemoterapeutik.
e)    Mekanisme kerja antibiotik dan zat kemoterapeutik.
Metode yang kami gunakan dalam pembuatan makalah ini adalah dengan mencari dari buku-buku Mikrobiologi dan buku-buku bacaan lainnya serta Browsing lewat internet.














BAB II ISI MAKALAH

1.   Pengertian Pengendalian Mikroorganisme Secara Antibiotik dan Zat Kemoterapeutik

Pada awalnya istilah yang digunakan adalah antibiosis yang berarti substansi yang dapat menghambat pertumbuhan organisme hidup yang lain, dan berasal dari mikroorganisme. Namun pada perkembangannya, antibiosis ini disebut antibiotik dan istilah ini tidak hanya terbatas untuk substansi yang berasal dari mikroorganisme melainkan semua substansi yang diketahui memiliki kemampuan untuk menghalangi pertumbuhan organisme lain khususnya mikroorganisme.
Dalam penemuan dan perkembangan antibiotik selajutnya, dibedakan antara antibiotic terhadap sel prokariotik (bakteri) dan antibiotic dalam sel eukariotik (fungi, protozoa, cacing).
Sumber: Burner, Promote. 2009.
Kata antibiotik diberikan pada produk metabolic yang dihasilkan suatu organisme tertentu, yang dalam jumlah amat kecil bersifat merusak atau menghambat mikroorganisme lain. Dengan perkataan lain, antibiotic merupakan zat kimia yang dihasilkan oleh suatu mikroorganisme yang menghambat mikroorganisme lain. (Michael J. Pelczar. Hal. 511).
Secara sempit antibiotik adalah zat kimia yang secara alamiah dihasilkan oleh organisme hidup yang mampu menghambat pertumbuhan organisme lain, namun kata lain sekarang digunakan untuk menyebut semua obat kemoterapetik anti mikroba. Baik yang diproduksi secara alamiah, senyawa sintetik atau anti biotik diresepkan secara luas untuk mengobati infeksi dan sebagai kemoprofilaksis (pencegahan infeksi dengan memberikan antibiotik sebelum gejala dan tanda muncul). Sumber: Burner, Promote. 2009.
Antibiotik yang menghentikan suatu proses biokimia di dalam organisme terdapat pada gambar berikut:
Gambar 1 : Antibiotika adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam organisme, khususnya dalam proses infeksi oleh bakteri. Penggunaan antibiotika khususnya berkaitan dengan pengobatan penyakit infeksi, meskipun dalam bioteknologi dan Rekayasa Genetika juga digunakan sebagai alat seleksi terhadap mutan atau transforman. Antibiotika bekerja seperti pestisida dengan menekan atau memutus satu mata rantai metabolisme, hanya saja targetnya adalah bakteri. Antibiotika berbeda dengan desinfektan karena cara kerjanya. Desifektan membunuh kuman dengan menciptakan lingkungan yang tidak wajar bagi kuman untuk hidup.
Sumber : Utomo, Khalifan.2011.. http://khalifan2011.student.umm.ac.id/2011/08/12/antibiotik/ diakses tanggal 10 Oktober 2011.

Desifektan membunuh kuman dengan menciptakan lingkungan yang tidak wajar bagi kuman untuk hidup. Tidak seperti perawatan infeksi sebelumnya, yang menggunakan racun seperti strychnine, antibiotika dijuluki “peluru ajaib”: obat yang membidik penyakit tanpa melukai tuannya. Antibiotik tidak efektif menangani infeksi akibat virus, jamur, atau nonbakteri lainnya, dan Setiap antibiotik sangat beragam keefektifannya dalam melawan berbagai jenis bakteri. Ada antibiotika yang membidik bakteri gram negatif atau gram positif, ada pula yang spektrumnya lebih luas. Keefektifannya juga bergantung pada lokasi infeksi dan kemampuan antibiotik mencapai lokasi tersebut. Antibiotika oral (yang dimakan) mudah digunakan bila efektif, dan antibiotika intravena (melalui infus) digunakan untuk kasus yang lebih serius. Antibiotika kadangkala dapat digunakan setempat, seperti tetes mata dan salep.
Sumber : Utomo, Khalifan.2011.. http://khalifan2011.student.umm.ac.id/2011/08/12/antibiotik/ diakses tanggal 10 Oktober 2011.


a.    Riwayat Singkat Penemuan Antibiotika Modern
Penemuan antibiotika terjadi secara ‘tidak sengaja’ ketika Alexander Fleming, pada tahun 1928, lupa membersihkan sediaan bakteri pada cawan petri dan meninggalkannya di rak cuci sepanjang akhir pekan. Pada hari Senin, ketika cawan petri tersebut akan dibersihkan, ia melihat sebagian kapang telah tumbuh di media dan bagian di sekitar kapang ‘bersih’ dari bakteri yang sebelumnya memenuhi media. Karena tertarik dengan kenyataan ini, ia melakukan penelitian lebih lanjut terhadap kapang tersebut, yang ternyata adalah Penicillium chrysogenum syn. P. notatum (kapang berwarna biru muda ini mudah ditemukan pada roti yang dibiarkan lembab beberapa hari). Ia lalu mendapat hasil positif dalam pengujian pengaruh ekstrak kapang itu terhadap bakteri koleksinya. Dari ekstrak itu ia diakui menemukan antibiotik alami pertama: penicillin G. Penemuan efek antibakteri dari Penicillium sebelumnya sudah diketahui oleh peneliti-peneliti dari Institut Pasteur di Perancis pada akhir abad ke-19 namun hasilnya tidak diakui oleh lembaganya sendiri dan tidak dipublikasi.
Gambar 2. Sir Alexsander Flemming menemukan bahwa suatu produk metabolic Penisilium notatum mempunyai sifat menghambat bakteri ia menamakan substansi ini penisilin. Pada tahun1929 penemuan ini membuka era antibiotic. Untuk sumbangannya ini Flemming dianugrahi gelar bangsawan dan bersama-sama dengan seorang ahli kimia bernama Ernest B. chain serta seorang dokter bernama Sir Howard W. Florey, menerima hadiah Nobel pada tahun 1945.
(Michael J. Pelczar. hal. 512).


b.    Penggunaan Antibiotika

Karena biasanya antibiotika bekerja sangat spesifik pada suatu proses, mutasi yang mungkin terjadi pada bakteri memungkinkan munculnya strain bakteri yang ‘kebal’ terhadap antibiotika. Itulah sebabnya, pemberian antibiotika biasanya diberikan dalam dosis yang menyebabkan bakteri segera mati dan dalam jangka waktu yang agak panjang agar mutasi tidak terjadi. Penggunaan antibiotika yang ‘tanggung’ hanya membuka peluang munculnya tipe bakteri yang ‘kebal’. Pemakaian antibiotika di bidang pertanian sebagai antibakteri umumnya terbatas karena dianggap mahal, namun dalam bioteknologi pemakaiannya cukup luas untuk menyeleksi sel-sel yang mengandung gen baru. Praktik penggunaan antibiotika ini dikritik tajam oleh para aktivis lingkungan karena kekhawatiran akan munculnya hama yang tahan antibiotika.
Sumber : Utomo, Khalifan.2011.. http://khalifan2011.student.umm.ac.id/2011/08/12/antibiotik/ diakses tanggal 10 Oktober 2011.
Penelitian sistematik pertama yang menyelidiki serta mempelajari antibiotic dilakukan oleh A. Gratia dan S. Datn sekitar tahun 1924. Penelitian tersebut menghasilkan penemuan aktinomisetin pada galur-galur aktinomisetes, yang merupakan salah satu kelompok utamam bakteri penting yang terdapat dalam tanah. Aktinomisetin tidak pernah digunakan untuk mengobati pasien tetapi untuk melisis kultur bakteri dalam pembuatan vaksin. Namun demikian, sejak 1940, banyak antibiotic kemoterpeutik yang amat berharga telah diisolasi dari aktinomisetes.
Pada tahun 1929, Alexsander Fleming memperlihatkan bahwa suatu cawan agar diinokulasi  dengan Staphylococus aureus telah terkontaminasi oleh sejenis kapang dan bahwa koloni kapang tersebut dikelilingi oleh suatu zone yang jernih, menunjukkan adanya penghambatan pertumbuhan bakteri. Karena setelah diidentifikasi, ka[pang tersebut ternyata adalah suatu spesies Penicillium, maka Fleming menamakan antibiotic itu penisilin.
Walaupun ia telah mengisolasi dan mengidentifikasi kapang tersebut serta mempelajari aktivitasnya, hasil pengamatannya yang penting itu belum disadari sampai pecahnya perang dunia II, ketika timbul kebutuhan yang amat mendesak akan adanya cara-cara yang lebih baik untuk mencegah akibat fatal yang disebabkan luka-luka perang. (Michael J. Pelczar. Hal. 511).
Penggunaan penisilin dan antibiotic telah mengakibatkan  berkurangnya secara dramatris penderita penyakit menular. Dulu, pada awal abad itu penyebab utama kematian meliputi penyakit-penyakit yang disebabkan oleh bakteri seperti pneumonia, difteri, tuberkulosis dan disentris, terapi untuk penyakit kelamin seperti sifilis dan gonoria, membutuhkan waktu lama dan masih belum mantap.
Sumber : Utomo, Khalifan.2011.. http://khalifan2011.student.umm.ac.id/2011/08/12/antibiotik/ diakses tanggal 10 Oktober 2011.
Pada tahun 1939, Rene Dubos telah mengisolasi dari tanah Nfew Jersey suatu kultur Bacillus brevis yang membentuk suatu substansi yang mampu mematikan banyak bakteri gram positif. Ekstrak bebas sel yang diperoleh dari B. brevis ditemukan mengandung dua bahan aktif, yang sekarang dikenal dengan nama gramisidin dan  terosidin keberhasilin ini segera disusul oleh penemuan streptomisin oleh Selman Waksman dan rekan-rekannya.
Sejak tahun 1940 , beberapa ribu substansi antibiotic telah diisolasi dan diidentifikasi, tetapi hanya sejumlah kecil dari antaranya telah terbukti bermanfaat untuk mengobati penyakit. Namun demikian, substansi efektif yang hanya sedikit jumlahnya itu sudah mampu mengakibatkan perubahan radikal dibidang medis dalam usaha pengobatan penyakit menular. (Michael J. Pelczar. Hal. 513).
Zat kemoterapeutik ialah zat kimia yang digunakan untuk mengobati penyakit menular (kemoterapi) atau mencegah penyakit (kemoprofilaksis). Zat ini diperoleh dari mikroorganisme atau tumbuhan atau disintesis di dalam laboratorium kimia. Secara umum, zat kimia demikian yang terdapat di alam dapat dibedakan dari persenyawaan sintetik dengan digunakannya nama antibiotik.
Suatu zat kimia haruslah memiliki toksisitas yang selektif untuk dapat sebagaizat kemoterapeutik. Artinya, zat tersebut harus dapat menghambat atau mematikanparasit (sel ganas) seraya menyebabkan kerusakan yang kecil saja terhadap sel inangatau sama sekali tidak merusak. Persyaratan lain bagi zat kemoterapeutik yang praktis adalah harus mampu menembus sel dan jaringan inang serta tidak mengubah mekanisme pertahanan alamiah sel inang tersebut. (Michael J. Pelczar. Hal. 508-509).
Berlawanan dengan antibiotik, yang seluruhnya atau sebagian disintesis oleh sel hidup, ada zat-zat kimia lain yang seluruhnya disintesis di dalam laborotorium kimia, yang berguna untuk mengobati penyakit-penyakit tertentu. Kelompok pertama zat kemoterapeutik sintesis itu ialah sulfonamide, dan yang kedua ialah nitrofuran. Beberapa persenyawaan spesifik yang lain meliputi hidrazide asam isonikotinat (isoniazid) dan asam nalidiksat.
Antibiotik adalah suatu zat pembunuh bakteri yang merupakan suatu obat yang dapat membunuh atau memperlambat pertumbuhan bakteri. Antibiotik tidak punya efek melawan virus, jamur, atau benalu. Antibiotik adalah satu kelas antimicrobials, suatu kelompok lebih besar yang juga meliputi anti-viral, anti-fungal, dan obat anti-parasitik. Tidak sama dengan perawatan sebelumnya untuk infeksi yang mencakup racun seperti arsenik dan strychnine, antibiotik berlabel “magic bullets” obat yang menargetkan penyakit tanpa merugikan orang yang menggunakannya.
Antibiotik konvensional tidak efektif dalam membasmi penyakit yang disebabkan oleh virus, fungi, dan infeksi nonbacterial lain. Antibiotik individu bertukar-tukar secara luas di dalam efektivitas pada berbagai jenis bakteri. Antibiotik dapat digolongkan berdasarkan ketepatan target yang akan dihambat oleh antibakteri tersebut. ‘narrow-spectrum’ adalah antibiotik untuk target jenis bakteri tertentu, seperti Gram-Negatif atau Gram-Positif bakteri. ‘wide-spectrum’ merupakan antibiotik yang mempengaruhi suatu cakupan bakteri luas.
 Sumber: Sasika, Sinta. 2009. http://novelss.wordpress.com/2009/05/15/antibiotik/ diakses tanggal 01 Oktober 2011.

c.    Resistensi Terhadap Antibiotik
Berkembangnya resistensi terhadap obat-obatan hanyalah salah satu contoh proses alamiah yang tak pernah ada akhirnya yang dolakukan oleh organisme untuk mengembangkan toleransi terhadap keadaan lingkungan yang baru. Resistensi terhadap obat pada suatu mikroorganisme dapat disebabkan oleh suatu faktor yang memang sudah ada pada mikroorganisme itu sebelumnya atau mungkin juga faktor itu diperoleh kemudian.
Sebagai contoh, resistensi terhadap penisilin pada suatu organisme dapat disebabkan oleh produksi penisilinase, suatu enzim yang menginaftikan penisilin. Di pihak lain, beberapa galur bakteri yang biasanya rentan dapat memilki resitensi terhadap penisilin. Resistensi yang diperoleh inipun disebabkan oleh produksi penisilinase oleh galur-galur mikrooorganisme yang secara genetis telah beradaptasi. Dalam kultur bakteri yang peka terhadap penisilin, mungkin satu organisme di antara seratus juta adalah mutan yang resisten terhadap penisilin.
Biasanya nisbah (rasio) antara organisme yang sensitif terhadap yang resisten itu terjaga, sehingga tidak menimbulkan masalah. Bila ada penisilin. Bila ada penisilin, maka maka galur yang sensitif tidak bereproduksi. Tetapi, mutan yang resisten itu akan beproduksi, dan pada akhirnya akan mendominasi populasi. Hal ini mempunyai Implikasi klinis yang penting serta merupakan salah satu alasan praktis bagi dilakukannya penelitian ekstensif untuk mendapatkan penisilin sintetis yang tidak rentan terhadap penisilinase. Banyak organisme yang tidak membentuk penisilinase juga resisten terhadap penisilin. Hal ini berarti organisme tersebut memiliki lintasan metabolik pilihan atau reaksi-reaksi enzim yang tidak rentan terhadap panghambatan oleh penisilin. (Michael J. Pelczar. Hal. 531:532).

d.    Antibiotik Tak Rasional.

Resistensi bakteri terhadap antibiotik lihat gambar berikut:
Gambar 3 : Terjadi resistensi bakteri terhadap antibiotic, di dunia ada sekitar 180.000 kasus tuberkulosis resisten obat (MDR-TB) per tahun. Selain itu, ada kuman penyebab kolera yang resisten terhadap kotrimoksazol dan tetrasiklin. Di Thailand, 69 persen Streptococcus pneumoniae penyebab infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) resisten terhadap penisilin. ”Resistensi obat dapat mengakibatkan ledakan kasus dan ancaman pandemi. Kuman yang resisten menyebar melintasi batas-batas negara,” kata dia.
Sumber: Mujab, Agus Saeful Mujab. 2011.
Jakarta, Kompas - Ketidakrasionalan penggunaan antibiotik mendorong terjadinya resistensi bakteri terhadap antibiotik di dunia. Masalah ini menimbulkan ancaman pandemi. Hal itu mengemuka dalam seminar Antimicrobial Resistance-Containment and Prevention di Jakarta, Kamis (7/4), dalam rangka peringatan Hari Kesehatan Sedunia.
Di Indonesia, kesadaran akan penggunaan antibiotik secara rasional minim. Guru Besar Farmakologi dari Universitas Gadjah Mada Iwan Dwiprahasto mengatakan, penggunaan antibiotik tidak rasional dalam kasus ISPA mencapai 94 persen dan diare 87 persen. Sebaliknya, untuk penyakit yang membutuhkan antibiotik justru hanya 20 persen yang mendapatkan antibiotik.
Data tersebut hasil riset yang diselenggarakan di lima provinsi, yakni Kalimantan Timur, Sumatera Barat, Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur, dan Kalimantan Barat oleh Universitas Gadjah Mada tahun 2004.
Iwan menduga, sampai kini tidak banyak perubahan. Hasil penelitian lain yang dilakukan di 56 puskesmas di 3 distrik di Aceh tahun 2010 menunjukkan, 60 persen anak yang tidak membutuhkan diresepkan antibiotik. Menurut Iwan, ada penggunaan antibiotik lewat pakan untuk unggas sekitar 20-25 persen. Antibiotik itu tersisa dalam telur dan daging sehingga manusia tanpa sadar mengonsumsi.
Untuk mencegah pandemi, Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih mengimbau kerja sama berbagai pihak mulai pengelola fasilitas kesehatan, tenaga kesehatan, hingga masyarakat. Dokter diharapkan rasional dalam meresepkan obat. ”Kalau ada dokter yang melanggar pedoman pemberian antibiotik atau obat keras lain akan diberikan sanksi mulai dari peringatan, sanksi administrasi, hingga pembekuan izin praktik,” kata Endang. Apotek juga diminta tidak sembarangan memberikan antibiotik. (INE).
Sumber: Mujab, Agus Saeful Mujab. 2011.


e.    Pemindah Sebaran (penularan) Resistensi Terhadap Obat.
            Ketika zat-zat kemoterapeutik seperti sulfonamide dan antibiotik pertama kali digunakan, terbentuknya resistensi pada bakteri amat jarang terjadi. Resistensi baru merupakan masalah setelah pemakaian antibiotik secara luas menuntun kearah pelenyapan organisme-organisme yang rentan dari populasi, sementara jumlah organisme yang resisten dapat bertambah dengan bebasnya.
Dulu dikira bahwa munculnya mula-mula orgnisme resisten merupakan akibat terjadinya perubahan dalam satu gen bakteri yang menjadikan bakteri tersebut resisten. Bukti bahwa hal ini terjadi selama terapi dengan sulfonamide tidak dipertanyakan. Penjelasan lain yang lebih mutakhir mengenai terbentuknya resistensi, setidak-tidaknya pada beberapa bakteri gram negatif, ialah bahwa orginisme resisten mempunyai gen yang berfungsi melindungi bakteri tersebut dari pengaruh bakterisidal satu obat atau antibiotik. Misalnya, gen semacam itulah yang menghasilkan penisilinase pada stafilokokus yang resisten terhadap penesilin.
Beberapa individu dalam suatu spesies bakteri membawa gen resisten sewaktu terjadi infeksi, kemudian memperbanyak diri, sedangkan galur-galur yang sensitif terhambat atau mati. Gen resisten ini dapat pula dipindahsebarkan melalui konjugasi, transformasi atau transduksi dari bakteri lain selama berlangsungnya pengobatan dengan antibiotik.
Perpindahan gen di antara sel, dapat dilakukan dengan cara transrormasi, transduksi atau konjugasi. Transfer resistensi antibiotik paling sering berlangsung dengan cara konjugasi. Fenomena ini pertama kali dilaporkan secara terpisah oleh dua orang ilmuan jepang pada tahun 1958. Mereka mengisolasi dua macam organisme baik yang sensitif maupun yang resisten terhadap antibiotik berserotipe sama dari seorang pasien yang menderita infeksi enterik yang di obati dengan sulfonamide, tetrasiklin, stertomisin, atau kloramfenikol.
Selanjutnya, mereka mendemonstrasikan bahwa resistensi terhadap antibiotik disebabkan oleh gen-gen resisten Escherichia coli  dalam reservoir saluran pencernaan yang ditransfer  ke dalam bakteri shigella dysenteriae, penyebab infeksi itu. sejak itu transfer resistensi antibiotik melalui konjugasi bakteri telah di amati pula terjadi pada organisme-organisme lain di Negara-negara lain.
Sekarang kita telah mengetahui bahwa resistensi itu atau faktor R ada dalam plasmid, merupakan unit-unit DNA berukuran kecil, ekstrakromosomal dapat memperbanyak diri, dan ekstranuklir atau di luar nukleus. (Michael J. Pelczar. Hal. 532-533).

f.     Ulkus Kemoterapeutik

Ulkus kemoterapeutik merupakan ulser mulut multiple yang terbentuk sebagai akibat efek samping penggunaan obat antikanker (Lynch et al., 1994). Obat antikanker yang biasanya menyebabkan ulser mulut meliputi methotrexate, 5-fluorouracil, actinomycin D, adriamycin, bleomycin, dan daunorubicin. Obat-obatan yang terkadang menyebabkan ulser antara lain 6-mecaptopurine, hydroxyurea, vinblastine dan procarbazine (Lynch et al., 1994).
Obat anti kanker dapat menyebabkan ulser mulut secara langsung atau tidak langsung. Obat-obatan yang menyebabkan stomatitis secara tidak langsung akan mendepresi sumsum tulang dan respon imun yang menyebabkan suatu infeksi invasif pada mukosa rongga mulut.
(Sumber: Dentosca. 2011.
diakses tanggal 10 Oktober 2011.
Beberapa jenis obat, seperti methotrexate menyebabkan ulser melalui efek langsung pada replikasi dan pertumbuhan dari sel-sel epitel mulut dengan menghambat sintesa protein dan asam nukleat sehingga mengakibatkan penipisan serta ulserasi mukosa rongga mulut. Sedangkan alkaloid seperti cyclophosphamide mengakibatkan leucopenia dan pembentukan ulkus sekunder (Lynch et al., 1994; Langlais & Miller, 2000).


Gambaran Klinis
Lesi timbul pada minggu kedua dari terapi dan biasanya menetap selama 2 minggu. Ulkus sering terjadi pada bibir, mukosa pipi, lidah dasar mulut, dan palatum (Gambar 1) (Langlais & Miller, 2000). Lesi ulser multiple di mulut sebagai akibat tak langsung obat kemoterapeutik ditandai dengan ulser nekrotik yang besar dan dalam, sangat khas, tanpa disertai koyakan jaringan dan dengan dasar yang mengalami peradangan minimal, yang dapat menyerang semua permukaan mukosa (Lynch et al., 1994)
Gambar 4. Gambaran klinis ulkus kemoterapeutik berupa ulser pada lateral lidah, mukosa labial (bibir), dan pada mukosa bukal (pipi) (Treister, 2010).
Sumber : Dentosca. 2011.
diakses tanggal 10 Oktober 2011.
2.      Tujuan Pengendalian Mikroorganisme Secara Antibiotik dan Zat Kemoterapeutik
Menurut Desi Desanti. 2011 Antibiotik biasanya digunakan untuk:
1.    Antibiotic menghambat pertumbuhan mikroorganisme atau bakteri yang merupakan penyebab utama suatu penyakit,
2.    Antibiotik membantu menghambat sintesis dinding bakteri/sel kuman.
3.    Antibiotik merusak permeabilitas membrane atau mekanisme pengangkut sel kuman/bakteri.
4.    Antibiotic membantu menghambat sel kuman dalam mensintesis protein.
5.    Membantu menghambat atau merusak asam nukleat sel kuman.
6.    Dengan memberikan antibiotic dapat mencegah terjadinya infeksi,
7.    Dapat mengatur populasi mikroba dalam tanah, air, limbah dan kompos
8.    Antibiotic bekerja dengan menghambat metabolisme sel kuman/bakteri.

Dampak Penggunaan Antibiotic
Penggunaan antibiotic yang sembarang dapat menimbulkan dampak yang tidak baik bagi kesehatan. Beberapa dampak terhadap penggunaan antibiotic :
a)    Melemahnya daya tahan tubuh. Mekanisme kerja antibiotic memang diakui untuk mempercepat matinya sel kuman atau bakteri penyebab penyakit., namun efek yang ditimbulkan dibalik pengguanaan antibiotic yang tidak sesuai aturan dapat membahayakan kesehatan.  Salah satunya dapat mempengaruhi system imun tubuh. Walaupun penyakit cepat sembuh, namun pasien juga dapat terserang penyakit yang sama dalam jarak  waktu yang relative singkat.
b)    Resistensi terhadap antibiotic. Maksudnya adalah bakteri atau kuman sumber penyakit sudah tidak mempan lagiatau kebal terhadap suatu antibiotic, sehingga diperlukan obat antibiotic yang dosisnya lebih tinggi untuk membunuh kuman penyakit tersebut.
Sumber : Nha, Mizz. 2009. http://lenaunindrabio2a.blogspot.com/2009/05/genetika-dan-pengendalian mikrobiologi.html. diakses tanggal 05 Oktober 2011.

3.      Sifat-Sifat Zat Antibiotik Kemoterapeutik
Suatu zat antibiotik kemoterapeutik yang ideal hendaknya memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
1.  Harus mempunyai kemampuan untuk merusak atau menghambat mikroorganisme patogen spesifik. Makin besar jumlah dan macam mikroorganisme yang dipengaruhi, makin baik. Antibiotik berspektrum luas efektif terhadap banyak spesies.
2.   Tidak mengakibatkan berkembangnya bentuk-bentuk resisten parasit.
3.   Tidak menimbulkan efek sampingan yang tidak dikehendaki pada inang, sepertireaksi alergis, kerusakan pada saraf, iritasi pada ginjal atau salurangastrointestin.
4.   Tidak melenyapkan flora mikroba normal pada inang. Gangguan terhadap floranormal dapat mengacaukan “keseimbangan alamiah”, sehingga memungkinkan mikroba yang biasanya nonpatogenik atau bentuk-bentuk patogenik yang semula dikendalikan oleh flora normal, untuk menimbulkan infeksi baru. Penggunaan antibiotik berspektrum luas untuk waktu lama misalnya, dapat melenyapkan flora bakteri normal tetapi tidak melenyapkan monilia (cendawan) dari saluran pencernaan. Monilia dapat menimbulkan Infeksi.
5.   Harus dapat diberikan melalui mulut tanpa diinaktifkan oleh asam lambung, atau melalui suntikan (parental) tanpa terjadi pengikatan dengan protein darah.
6.   Memiliki taraf kelarutan yang tinggi dalam zat alir tubuh.
7.   Konsentrasi antibiotik di dalam jaringan atau darah harus dapat mencapai taraf cukup tinggi sehingga mampu menghambat atau mematikan penyebab infeksi. (Michael J. Pelczar. Hal. 514-515).
                                            
Prinsip dasar pengunaan antibiotik adalah:
a.      Gunakan jenis antibiotik yang efektif melawan organisme penyebab,
b.      Kontak yang adekuat antara antibiotik dengan organisme,
c.      Meniadakan efek toksik dari antibiotik, dan
d.      meningkatkan pertahanan pejamu untuk memperbesar efek antibakteri.
Sumber : Burner, Promote. 2009. http://wempigembul.blogspot.com/2009/10/antibiotik.html diakses tanggal 01 Oktober 2011.
Zat Kemoterapeutik
Berlawanan dengan antibiotik, yang seluruhnya atau sebagian disintesis oleh sel hidup, ada zat-zat kimia lain yang seluruhnya disintesis di dalam laborotorium kimia, yang berguna untuk mengobati penyakit-penyakit tertentu. Kelompok pertama zat kemoterapeutik sintesis itu ialah sulfonamide, dan yang kedua ialah nitrofuran. Beberapa persenyawaan spesifik yang lain meliputi hidrazide asam isonikotinat (isoniazid) dan asam nalidiksat. (Michael J. Pelczar. Hal. 524).

4.      Macam-Macam Antibiotik dan Zat Kemoterapeutik
Antibiotik dapat digolongkan berdasarkan atas tempat kerja, spektrum aktivitas dan struktur kimianya. Penggolongan antibiotik berdasarkan atas spektrum aktivitasnya dapat dibagi atas beberapa golongan yaitu:
1.      Antibiotik dengan spektrum luas, efektif terhadap gram positif maupun gram negatif. Sebagai contoh adalah turunan tetrasiklin, turunan amfenikol, turunan aminoglikosida, turunan miklorida, rifamfisin, beberapa turunan pinisilin (ampisilin, amoxisilin, bekampisin, karbenisilin, hetasilin, dan lain-lain dan sebagian besar turunan xefalosporin).
2.      Antibiotik yang aktivitasnya lebih dominan  terhadap bakteri gram positif. Sebagai contohnya adalah: basitrin, eritrosimin, sebagian besar turunan penisilin seperti benzil penisilin, kloksasili, penisilin G prokain dan beberapa turunan sefalosporin
3.      Antibiotik yang aktivitasnya lebih dominan terhadap bakteri gram negatif. Sebagai contoh adalah kolistin, polimiksin B sulfat dan sulfomisin
4.      Antibiotik yang aktivitas dominan pada Mycobacteriae sebagai contoh adalah streptomisin, kanamisin, sikloserin, vimisin dan lain-lain
Tabel 1 Zainal Abidin, Muhammad. 2010. http://www.masbied.com/2010/06/03/antibiotik/. Diakses tanggal 04 Oktober 2011.
Contoh: Penggunaan Antibiotic Berdasarkan Jenis Infeksi serta pilihan Antibiotik yang dapat mengobati penyakit pada saluran cerna.
Jenis Infeksi
Penyebab Tersering
Pilihan Antibiotik
Ginggivitis dan abese gigi
-  Infeksi campuran kuman aerob + anarob
-  Penisilin G prokain/ penisilin V
Kandidiasis oral
-  C albicans
-  Nistatin
Enteritis infekslosa
-  Virus
-  Shingella
-  V cholerae
-  E histolytica
-  C jejuni
-  Berbagai kuman enterik gram
-  ……….
-  Kotrimokzaso/ fluorokuinolon/ampisilin
-  Tetrasiklin Kotrimokzasol
-  Metronidazol
-  Eritromisin/fluorokuinolon tetrasiklin
-  Umumnya tidak memerlukan antimikroba
Kolestitis akut
-  E. Coli berbagai Kuman enterik Gram negatif, B frogilis
-  Ampisilin + gentamisin + ampisilin sulbaktam, selazolin
Perintis karena proporasi usus
-  E. Coli berbagai Kuman enterik Gram negatif, kuman anaerob
-  Ampisilin + gentamisin + metronidasol, gentamisin + metronidazol/klindamisin, sefoksilin
1.      Antibiotik yang aktif terhadap jamur. Sebagai contoh adalah grisofulvin, antibiotik polien (nistatin, amfoterisin B).
2.      Antibiotik yang aktif terhadap neoplasma (anti kanker). Contohnya adalah aktinomisin, bleomisin, mitomisin, mitramisin, dan lain-lain.
Berdasarkan atas struktur  kimianya antibiotik di bagi menjadi 10 kelompok yaitu:
1.      Antibiotik b-laktam (turunan penisilin, sefalosporin dan b-laktam non klasik)
2.      Turunan amfenikol
3.      Turunan tetrasiklin
4.      Aminoglikosida
5.      Antibiotik makrolida
6.      Antibiotik polipeptida
7.      Antibiotik linkosamida
8.      Antibiotik polien
9.      Antibiotik ansamisi
10.    Antibiotik antrasiklin
Berdasarkan kegiatannya, antibiotik  dibagi dalam mikroba tersebut:
a)      Antibiotik yang mempunyai kegiatan luas (Broad Spectrum) yaitu: antibiotik yang dapat mematikan bakteri  gram positif dan bakteri gram negatif. Contoh: tetrasiklin dan derivatnya, kloramfenikol, ampisilin dan lain-lain
b)      Antibiotik yang mempunyai kegiatan sempit (Narrow Spectrum) antibiotik golongan ini hanya aktif terhadap beberapa jenis bakteri, contoh: penisilin, streepmisin, neomisin dan sebagainya.
Tabel 2 : Zainal Abidin, Muhammad. 2010. http://www.masbied.com/2010/06/03/antibiotik/. Diakses tanggal 04 Oktober 2011.
Contoh : Penggunaan Antibiotic Berdasarkan Jenis Infeksi serta pilihan Antibiotik yang dapat mengobati panyakit saluran nafas.
Jenis Infeksi
Penyebab Tersering
Pilihan Antibiotik
- Farigitis
-    Virus
-    Str. Pyogenes
-    C. Diphtheria
-    …….
-    Pensilin V, Eritromisin, Penisilin G
-    Penisilin G, Eritromisin
- Otitis Media dan Sinusitis
-    Str. Pnemoniea, H Influenza
-    S. Aureus, kuman Anaerob
-    Amoksisilin/Ampisilin, Eritromisin Kotrimoksazol
-    Amoksisilin- Asam Klavulonat
- Bronkis Akut
-    Virus
-    Str. Pneumoniae, H influenza
-    M. pneoumeniae
-    ……….
-    Amoksisilin/Ampisilin
Eritromisin
-    Eritromisin
Eksaserbasi Akut Bronkis kronis
-    Str. Pneumoniae, H influenza
-    M. pneoumeniae
-    B. catarrhalis (jarang)
-    Amoksisilin- Asam Klavulonat Kotrimoksazol
-    Doksisilin
-    Amoksisilin- Asam Klavulonat Kotrimoksazol Eritromisin
Influenza
-    Virus influenza A atau B
-    ……………….
Pneumonise Bakteri
-    Str. Pneumoniae,
-    H influenza
-    M. pneumoniae
-    S. Auereus
-    Penisilin V, Eritromisin, Sevalosporin Generasi I
-    Amoksisilin/Ampisilin,  Eritromisin Kotrimoksazol, Emulsi-Subaktan, kloramfenikol, Flukorokulnolon
-    Eritromisin, doksisiklin
-    selafosporin
Tuberkolosis Paru
-    M. Tuberclosis
-    Lozaid + Rifampisin + pirazinamid/etambutol

Table 3: Produk metabolik bakteri dan cendawan yang berguna sebagai antibiotik.
Sumber : (Pelczar, Michael dan Chan. ECs. 1988. Hal : 525)
Antibiotik
Dihasilkan oleh
Aktif terhadap
Mekanisme kerja
Penicillin
   Penisilin G

   Ampisilin



   Metisilin

Penisilium chrysogenium
P.chrysogenium



Penisillium sp.

Bakteri gram positif

Bakteri gram negatif yang menyebabkan infeksi pada saluran pernapasan dan kemih.
Bakteri pengahasil penisilinase

Menghambat sintesis dinding sel.
Sefalosporin
   Sefalotin
   Sefaloridin
   Sefaloglisin
   Sefaleksin
Chepalosporium sp
Bakteri gram negatif dan positif
Menghambat sintesis dinding sel
Aminoglikan

   Streptomisin
   Spektinomisin
  

   Neomisin
  
   Kanamisin
 
   
   Gentamisin



Streptomycetes griseus
Streptomycetes griseus


S. fradiae

S. kanamyceticus


Micromonospora purpurea


Infeksi tuberculosis
 Neisseria gonorrhoeae yang resisten terhadap penisilin
Menghambat bakteri usus
Kebanyakan bakteri gram negatif kecuali Pseudomonas.
Aktif terhadap berbagai macam bakteri gram positif dan gram negatif termasuk pseudomonas.
Menginduki sintesis protein abnormal

Tetrasiklin
        Klortetrasiklin

   Tetrasiklin  Oksitetrasiklin


Streptomyces aureofaciens
S. aureofaciens
S. rimosus

Berspektrum luas banyak bakteri gram positif dan gram negatif, juga organisme seperti mycoplasma, rickettsia, dan Chlamydia.

Menganggu sintesis protein.
Eritromisin
Streptomyces erytreus
Bakteri gram positif yang umum dijumpai
Menganggu sintesis proteins
Kloramfenikol 
(Kloromisetin)
Streptomycetes venezuelae
Berspektrum luas, infeksi parah oleh bakteri gram negatif
Menganggu sintesis protein
Polipeptide
    Kolistin  (Polimiksin E)
Polimiksin B
Basitrasin


Basilus colistinus

B.    polymyxa
C.   subtilis
Sebagian besar bakteri gram negatif termasuk pseudomonas aeruginosa
Bakteri gram negatif, keefektifannya lebih rendah dari kolistin
Bakteri gram positif namun tidak gram negatif
Merusak membran sel

Merusak membran sel

Menghambat pembentukan dinding sel
Linkomisin
Streptomyces lincolnesis
Bakteri gram positif yang umum di jumpai
Mengganggu sintesis protein
Vankomisin
Streptomyces orientalis
Bakteri gram positif, termasuk stafilokokus dan enterokoki penghasil penisilinase
Mengganggu sintetis protein
Rifamisin
Streptomyces mediterranei
Infeksi tuberkulosis
Mengganggu sintetis protein
Antibiotik
Antifugal
    Nistatin



   Griseofulvin

Amfoterisin


Streptomyces nourse


Penicillium griseofulvin
Streptomyces nodosus


Infeksi fungal, khususnya infeksi pada mulut, kulit, usus dan vagina yang disebabkan oleh Candida
Infeksi oleh cendawan

Infeksi mikotik yang dalam


Merusak membran sel


Merusak membran sel
Mengganggu fungsi membran

5.      Mekanisme Kerja Antibiotik dan Zat Kemoterapeutik
Antibiotik dapat diklasifikasikan berdasarkan spektrum atau kisaran kerja,mekanisme aksi, strain penghasil, cara biosintesis maupun berdasarkan struktur biokimianya. Berdasarkan spektrum atau kisaran kerjanya antibiotik dapat dibedakan menjadi antibiotik berspektrum sempit (narrow spectrum) dan antibiotik berspektrumluas (broad spectrum).
Antibiotik berspektrum sempit hanya mampu menghambat segolongan jenis bakteri saja, contohnya hanya mampu menghambat atau membunuh bakteri Gram negatif saja atau Gram positif saja. Sedangkan antibiotik berspektrum luas dapat menghambat atau membunuh bakteri dari golongan Gram negatif saja maupun Gram positif.
Antibiotik mematikan bakteri atau mencegahnya berkembang biak:
a)      Agens bakterisid – misalnya aminoglikosida, sefalospirin dan polimisin, mematikan bakteri dengan cepat
b)      Agens bakteriostatik – misalnya sulfonamid, tetrasiklin, dan kloramfenikol – mencegah bakeri berkembang biak tetapi tidak mematikannya
Banyak antibiotik yang bekerja terutama sebagai obat bakteriostatik dapat menjadi bakterisid pada keadaan yang memungkinkan. Faktor-faktor yang mempengaruhi antara lain adalah konsentrasi obat dan jumlah serta jenis bakteri yang ada. Apabila hanya ada sedikit bakteri yang sangat peka dengan dan obat diberikan dalam dosis tinggi, maka suatu obat misalnya psnisilin yang biasanya bakteriostatik dapat menjadi bakterisidal.
Antibiotik  menimbulkan efek secara langsung pada dinding sel bakteri atau menembusnya untuk mengganggu mekanisme di taingkat intrasel. Pada semua bakteri, dinding sel terdiri dari lapisan molekul protein yang disatukan oleh ikatan-ikatan silang, tetapi struktur halus tergantung pada apakah mereka termasuk positif gram atau negatif gram, dimana hal ini mempengaruhi kepekaan terhadap berbagai golongan antibiotik. Sebagai contoh, eritromisin menembus dinding sel bakteri positif gram dan efektif dalam pengobtan beberapa infeksi stafilokokus dan streptokokus, tetapi obat ini tidak berefek pada bakteri negatif gram.
Efek samping dari Penggunaan  Antibiotik:
(+) Gejala Resistensi
Adalah suatu sifat tidak terganggunya kehidupan sel mikroba oleh antimikroba. Pada pengobatan yang tidak cukup yaitu terlalu singkat waktunya atau terlampau lama dengan dosis rendah atau digunakan pada pengobatan yang tidak perlu misalnya pada luka kecil dan sebagainya dapat mengakibatkan resistensi artinya bakteri akan memberikan perlawanan terhadap kerja antibiotik, sehingga khasiat  ini akan menjadi berkurang atau tidak berkhasiat sama sekali. Hampir semua antibiotik dapat menimbulkan resistensi.
(+) Gejala Kepekaan
Reaksi alergi dapat ditimbulkan oleh semua antibiotik dengan melibatkan sistem imun tubuh hospes. Misalnya pada pemberioan penisilin bila diberikan pada pada seseorang  yang tidak tahan (peka) dapat menimbulkan bintik-bintik merah, gatal-gatal bahkan dapat menimbulkan anafilaksis.

(+) Reaksi Toksik
Antibiotik pada umumnya bersifat toksik selektif, tetapi  sifat ini relatif dalam menimbulkan efek toksik, masing-masing antibiotik dapat memiliki terhadap organ atau sistem tertentu pada tubuh horpes. Contoh: golongan tetrasiklin dapat mengganggu pertumbuhan jaringan tulang termasuk gigi akibat deposisi kompleks tetrasiklin kalsium ortofospat.
(+) Super Infeksi
Yaitu infeksi baru yang terjadi akibat terapi infeksi primer dengan suatu antibiotik. Ini terutama terjadi pada pemakaian antibiotik broad spectrum, karena kegiatannya demikian luasnya sehingga flora bakteri usus juga dimatikan.
Sumber: Zainal Abidin, Muhammad. 2010. http://www.masbied.com/2010/06/03/antibiotik/. Diakses tanggal 04 Oktober 2011.
Dan keseimbangan bakteri normal juga tergganggu. Jika terjadi super infeksi tindakan yang tidak perlu diambil untuk mengatasinya  ialah:
a)    Menghentikan terapi antibiotik yang sedang digunakan
b)    Melakukan biakan mikroba penyebab super infeksi
c)    Memberikan suatu antibiotik yang efektif terhadap mikroba tersebut
Berdasarkan mekanisme aksinya, antibiotik dibedakan menjadi lima, yaitu antibiotik dengan mekanisme penghambatan sintesis dinding sel, perusakan membran plasma, penghambatan sintesis protein, penghambatan sintesis asam nukleat, dan penghambatan sintesis metabolit esensial.
a.      Antibiotik yang menghambat sintesis dinding sel.
Sel kuman dikelilingi oleh struktur kaku yang disebut dinding sel, yangmelindungi membran protoplasma di bawahnya terhadap trauma, baik osmotik, akan membentuk sel-sel yang maupun mekanik. Karena itu, setiap zat yang mampu merusak dinding sel atau mencegah sintesisnya peka terhadap tekanan osmotik (Staf pengajar FK UI, 1993: 48). Antibiotik ini adalah antibiotik yang merusak lapisan peptidoglikan yang menyusun dinding sel bakteri Gram negatif, contohnya penisilin.

Penisilin memiliki struktur yang mengandung inti berupa cincin laktam.Terdapat sekitar 50 macam antibiotik penisilin beserta turunannya. Molekul-molekulnya dibedakan oleh rantai samping kimia yang melekat pada intinya. Penisilin diproduksi secara alami ataupun semisintetik. Mekanisme kerjanya adalah dengan mencegah ikatan silang peptidoglikan pada tahap akhir sintesis dinding sel, yaitu dengan cara menghambat protein pengikat pensilin (penicillin dinding protein).
Protein ini merupakan enzim dalam membran plasma sel bakteri yang secara normal terlibat dalam penambahan asam amino yang berikatan silang dengan peptidoglikan dinding sel bakteri, dan mengeblok aktivitas enzim transpeptidase yang membungkus ikatan silang polimer-polimer gula panjang yang membentuk dinding sel bakteri sehingga dinding sel menjadi rapuh dan mudah lisis.
Gambar struktur penisilin
Penisilin diperoleh dari jamur genus penisilin (Penicillium notatum) dan diperoleh dari ekstraksi kultur gabungan yang ditumbuhkan dalam media tertentu. Penisilin alami yang paling sering digunakan adalan penisilin G. Dari fermentasi masakan penicillium, asam 6-aminopenicillanic.
Dari penisilin G ini dikembangkan menjadi sangat banyak jenis penisilin dengan cara menggabungkan grup amino bebas. Dari asam penisilanat dengan grup karboksil dari senyawa yang berbeda Procaine penicillin, yang merupakan gabungan antaraprocaine dan penisilin G, memiliki konsentrasi yang tetap tinggi selama 24 jam dengan puncak sekitar 4 jam setelah dikonsumsi. Sedangkan benzathine penicillin yang merupakan gabungan antara benzathine dan penisilin G memiliki waktu retensi selama 4 bulan.
Kelemahan penisilin alami adalah sifatnya yang berspektrum sempit dan pekaterhadap penisilinase (β-laktamase), yaitu enzim yang diproduksi oleh bakteri terutama Staphylococcus yang dapat mematahkan cincin β-laktam pada molekul penisilin. Akibat adanya kekurangan penisilin alami tersebut, maka diproduksi penisilin semisintetik.
Produksi penisilin semisintetik ini dilakukan dengan cara menghentikan sintesis molekul oleh penicilum sehingga hanya diperoleh inti penisilin, dan dengan memindahkan atau menghilangkan rantai samping dari molekul alami yang lengkap, serta menambahkan rantai samping lain secara kimiawi yang lebih resisten terhadap penisilinase.
Dengan demikian, pada penisilin semisintetik terhadap dua bagian, yaitu bagian yang diproduksi secara alami oleh Penicillium dan bagian yang ditambahkan secara sintetik. Contoh penisilin adalah metisilin, oxasilin, aminopenisilin (ampisilin,amoksisilin), karboksipenisilin (karbenisilin, tikarsilin) dan ureidopenisilin (mezlosilin, azlosilin).
Contoh antibiotik yang memiliki mekanisme penghambatan sintesis dinding sel yang lain adalah monobaktam, sefalosporin, karbapenem, basitrasin, vankomisin, dan isoniazid (INH).

b.      Antibiotik yang merusak membran plasma.
           Sitoplasma semua sel hidup dibatasi oleh membran sitoplasma, yang berperan sebagai barier permeabilitas selektif, membawa fungsi transpor aktif, dan kemudian mengontrol komposisi internal sel.
Adanya gangguan atau kerusakan struktur pada membran plasma dapat menghambat atau merusak kemampuan membran plasma sebagai penghalang (barrier) osmosis dan mengganggu sejumlah proses biosintesis yang diperlukan dalam membran..
Antibiotik yang bersifat merusak membran plasma umumnya terdapat pada antibiotik golongan polipeptida yang bekerja dengan mengubah permeabilitas membran plasma sel bakteri. Contohnya adalah polimiksin B yang melekat pada posfolipidmembran; amfoterisin B, mikonazol, dan ketokonazol. yang ketiganya merupakan antifungi yang bekerja dengan cara berkombinasi dengan sterol pada membran plasma fungi.
c.      Antibiotik yang menghambat sintesis protein
Aminoglikosida merupkan kelompok antibiotik yang gula aminonya tergabung dalam ikatan glikosida. Antibiotik ini memiliki spektrum luas dan bersifat berterisidal dengan mekanisme penghambatan sintesis protein. Antibiotik ini berikatan pada subunit 30S ribosom bakteri (beberapa terikat juga pada subunit 50S ribiosom) dan menghambat translokasi peptidil-tRNA dari situs A ke situs P, dan menyebabkan kesalahan pembacaan mRNA dan mengakibatkan bakteri tidak mampu menyintesis protein vital untuk pertumbuhannya.
Contohnya adalah streptomisin sebagai obatalternatif TBC, namun memiliki kelemahan berupa resistensi bakteri yang cukup tinggi serta adanya efek toksik. Contoh lainnya adalah gentamisin yang berasal dari Mikromonospora  yang efektif untuk infeksi Pseudomonas dan tobramisin yang berupa sediaan aerosol untuk mengontrol infeksi pada pasien sistik fibrosis.
d.      Antibiotik yang mnghambat sistesis asam nukleat (DNA / RNA)
Penghambatan pada sintesis asam nukleat berupa penghambatan terhadaptranskripsi dan replikasi mikroorganisme. yang termasuk antibiotik penghambat sintesis asam nukleat ini adalah antibiotik golongan kuinolon dan rifampin. Rifampin merupakan turunan rifamisin.
Rifamipin penghambat sintesis mRNAdengan cara mengikat subunit β– RNA polimerase bakteri sehingga menghambat transkripsi mRNA. Antibiotik ini digunakan untuk melawan Mycrobacteria pada TBC dan lepra. Rifampin dapat mempenetrasi jaringan. Antibiotik kuinolon, misalnya asam nalidiksat (sintetik, dibuat pada tahun1960) yang bersifat bakterisidal, bekerja dengan cara menghambat DNA girase pada replikasi DNA, sehingga akan menghambat proses replikasi DNA dan trasnskripsi mRNA. Antibiotik ini hanya digunakan untuk pengobatan infeksi saluran kencing. Antibiotik fluorokuinolon dibuat tahun 1980. Contohnya adalah nofloksasin dan siprofloksasin yang berspektrum luas dan mampu mempenetrasi jaringan.
e.      Antibiotik yang menghambat sintesis metabolit essensial.
Penghambatan terhadap sintesis metabolit essensial antara lain dengan adanya kompetitor berupa antimetabolit, yaitu substansi yang secara kompetitif penghambat metabolit mikroorganisme, karena memiliki struktur yang mirip dangan substrat normal bagi enzim metabolisme. Contohnya adalah antimetabolit sulfanilamid (sulfa drug) dan para amino benzoic acid (PABA).
PABA merupkan sustrat untuk reaksi enzimatik sintesis asam folat. Asam folat merupakan vitamin bagi mikroorganisme yaitu sebagai koenzim untuk sintesis purindan pirimidin. Struktur sulfa drug serupa dengan PABA sehingga sulfa drug merupakan inhibitor kompetitif PABA dalam hal berikatan dengan enzim. Dengan demikian, bila sulfa drug berikatan dengan enzim, maka tidak akan terbentuk komplek enzim-substrat dan tidak akan terbentuk produk berupa asam folat.
Folat tidak disintesis pada sel mamalia dan di peroleh hanya melalui makanan. Hal ini menjelaskansifat toksisitas selektif sulfa drug bagi bakteri. Antibiotik yang sering digunakan adalah kombinasi antara trimetoprim dengan sulfametoksazol (TMP/SMZ) yang berspektrum luas kecuali pada Pseudomonas.
Kombinasi ini bertujuan untuk mengurangi efek resistensi bakteri. TMP–SMZ bekerja sinergis (saling menguatkan) dengan cara menghambat sintesis prekursor DNA, RNA, dan protein yaitu asam folat yang memiliki struktur analog PABA secara kompetitif menghambat sintesis asam dihidrofolat dari PABA. Selanjutnya trimetroprim yang secara struktural analog dengan asam dihidrofolat secara kompetitif menghambat sintesis asam tetrahidrofolat.
Sumber: Staf pengajar Universitas Indonesia. 1998.



















BAB III KESIMPULAN
1.    Secara sempit antibiotik adalah zat kimia yang secara alamiah dihasilkan oleh organisme hidup yang mampu menghambat pertumbuhan organisme lain.
2.    Zat kemoterpeutik ialah zat kimia yang digunakan untuk mengobati penyakit menular (kemoterapi) atau mencegah penyakit (kemoprofilaksis). Zat ini diperoleh dari mikroorganisme atau tumbuhan atau disentesis di dalam laboratorium kimia
3.    Antibiotik adalah bahan kemoterapeutik yang secara primer bekerja melawan organisme parasit dan hukan terhadap pejamu. Bahan ini secara luas dapat diklasifikasikan menjadi bakterisidal dan bakteriostatik. Bahan bakteriostatik menghambat pertumbuhan organisme tapi sesungguhnya tidak membunuhnya, bahan bakterisidal secara aktif membunuh bakteri.
4.    Antibiotik memiliki bermacam-macam mekanisme kerja biologis sesuai grupnya. Banyak antibiotik yang menghambat sintesis dinding sel bakteri, sementara yang lain merusak sintesis protein oleh ribosom bakteri. Jenis antibiotik lainnya mengganggu replikasi DNA bakteri, dan yang lain merusak fungsi sawar membran sel.
5.    Antibiotik dapat diklasifikasikan berdasarkan spektrum atau kisaran kerja,mekanisme aksi, strain penghasil, cara biosintesis maupun berdasarkan struktur biokimianya. Berdasarkan spektrum atau kisaran kerjanya antibiotik dapat dibedakanmenjadi antibiotik berspektrum sempit (narrow spectrum) dan antibiotik berspektrumluas (broad spectrum).
6.    Cara kerja zat-zat kimia dalam menghambat atau mematikan mikroorganisme itu berbeda-beda, beberapa diantaranya mengubah struktur dinding sel atau membran sel yang lain menghambat sintetis komponen-komponen seluler yang vital atau yang mengubah keadaan fisik bahan selular. Pengetahuan mengenai perilaku khusus tentang bagaimana suatu zat kimia menghasilkan efek anti mikroba sangat berguna baik untuk mempertimbangkan kemungkinannya bagi penggunaan praktis maupun untuk mengusulkan perbaikan-perbaikan apa yang mungkin dilakukan untuk merancang bahan bahan kimia baru.
7.    Mekanisme kerja antibiotic  kerja antibiotic terdiri dari beberapa kelompok antara lain adalah :
a)            Antibiotic bekerja dengan menghambat metabolisme sel kuman/bakteri.
b)            Antibiotk membantu menghambat sintesis dinding bakteri/sel kuman.
c)    Merusak permeabilitas membrane atau mekanisme pengangkut sel kuman/bakteri.
d)    Antibiotic membantu menghambat sel kuman dalam mensintesis protein.
e)    Membantu menghambat atau merusak asam nukleat sel kuman.













DAFTAR PUSTAKA
Dentosca. 2011.
Desanti, Desi. 2011.
Mujab, Agus Saeful Mujab. 2011.
Nha, Mizz. 2009.
Pelczar, Michael dan Chan. ECs. 1988. Dasar-dasar Mikro Biologi. Jakarta: Universitas Indonesia.
Promote Burner.com . 2009. http://wempigembul.blogspot.com/2009/10/antibiotik.html diakses tanggal 01 Oktober 2011.
Sasika, Sinta. 2009.

Staf pengajar Universitas Indonesia. 1998. Buku Ajar Mikro Biologi Kedokteran. Jakarta: Bina Rupa Aksara.
Staf pengajar UNSRI http://digilib.unsri.ac.id/download/ANTIBIOTIKA%20DALAM%20KEHAMILAN.pdf diakses tanggal 04 Oktober 2011.
Zainal Abidin, Muhammad. 2010. http://www.masbied.com/2010/06/03/antibiotik/. Diakses tanggal 04 Oktober 2011.